SEJARAH PP TABAH

1.    Sejarah Singkat Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah

Pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah yang akrab disebut “TABAH” atau “Pondok Kranji”, terletak tepat di kawasan pantai utara Lamongan, tidak jauh dari makam Sunan Drajat. Tepatnya Pondok pesantren ini terletak di desa Kranji, kecamatan Paciran, kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah sebenarnya termasuk lembaga pendidikan tertua di Jawa Timur yang hingga kini tetap eksis dan berkembang menjadi pusat pendidikan unggulan. Adalah KH. Musthofa bin Abdul Karim, ulama’ harismatik yang mendirikan Pondok pesantren ini, pada 1898 M/1316 H. atas permintaan masyarakat Desa Kranji, kiai Musthofa yang sebelumnya tinggal bersama istrinya, nyai Aminah, di pondok pesantren Sampurnan, Bungah, Gresik, bersedia tinggal di Desa Kranji dan mendirikan pesantren.

Kehadiran kiai Musthofa di Desa tersebut lambat laun mendapat respon positif yang cukup luas, sehingga jumlah santri yang awalnya hanya puluhan terus bertambah. Tidak hanya dari daerah setempat, tapi juga berasal dari daerah lain.

Pada awal berdirinya, masyarakat lebih akrab menyebut pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah dengan sebutan “Pondok Kranji”, karena letaknya di Desa Kranji. Pendidikan yang diterapkan berbentuk non formal. Kiai Musthofa mengajar santri-santrinya ilmu agama, Al-Qur’an, Hadits, Tafsir, Nahwu, Shorof, Balaghoh, Fiqih dan Tasawuf, dan Akhlak dengan metode  kelompok studi.

Setelah kiai Musthofa wafat, pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah diasuh KH. Abdul Karim Musthofa. Kiai Abdul Karim dikenal masyarakat luas pada jamannya, sebagai ulama’ ahli seni membaca Al-Qur’an yang mempunyai suara khas.

Selanjutnya, setelah kepemimpinan kiai Abdul Karim, pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah diasuh oleh KH. Adelan Abdul Qodir. Kemudian dilanjutkan oleh KH. Moh. Baqir Adelan setelah kiai Adelan wafat.

Pada masa kepemimpinan kiai Baqir, Pondok pesantren ini mengalami kemajuan pesat. Kiai yang bertahun-tahun menimba ilmu dari KH. Wahab Hasbullah di Tambak Beras Jombang dan KH. Bishri Syansuri di Denanyar Jombang inilah yang melakukan banyak terobosan membesarkan Pondok pesantren.

Dengan latar belakangnya sebagai kiai pengusaha, kiai Baqir memparluas area Pondok pesantren dan membangun fisik Pondok pesantren dengan bangunan yang representatif. Selain dari sumbangan masyarakat, biaya pembangunan Pondok pesantren ini sebagian besar didapat dari hasil bisnis permebelan, galangan kapal nelayan dan perikanan yang dikembangkannya.

Setelah kiai Baqir wafat tahun 2006 M., pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah  dipimin oleh puteranya, KH. Moh. Nashrullah Baqir. Kini, Pondok pesantren  ini mempunyai lembaga formal, antara lain, Taman Kanak-kanak (TK) Muslimat NU, Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah Umum (MAU), Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK), Madrasah Diniyah,  dan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Sunan Drajat.

Meski memiliki lembaga pendidikan formal dan modern, pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah yang tidak meninggalkan ciri khas lembaga pendidikan tradisional. Kajian kitab klasik masih menjadi kegiatan santri setiap hari. Sehingga alumni Pondok pesantren ini mempunyai kemampuan seimbang antara keilmuan agama dan umum.

2.      Profil Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah

a.       Pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah yang saat ini dipimpin oleh KH. Moh. Nasrullah Baqir didirikan oleh KH. Musthofa pada tahun 1898 M./1316 H. Yang berlokasi di Jl. KH. Musthofa desa Kranji, kecamatan Paciran, kabupaten Lamongan, propinsi Jawa Timur, berada di kawasan pantai utara sebelah selatan laut Jawa sekitar 250 m.

Kemudian pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah pada tahun 1988 M. mencatatkan diri sebagai yayasan dengan nama Yayasan Pondok Pesantren Alma’hadul Islami Tarbiyatut Tholabah, Notaris Rohayah Hanum, SH. No. 7, selanjutnya pada tahun 2007 berganti Notaris Hendri Asmara, SH. No. 43 Tgl. 15 Mei 2007. Memiliki badan hukum dengan mendapatkan SK menteri Hukum dan Ham RI No. C-2414.HT.01.02. Th 2007, NPWP 02.255.754.0-601.000, nomor statistika pesantren 512352422066

b.      Sarana Dan Prasarana

Pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah memiliki luas tanah 17 Ha., 13 Ha. lahan pertanian dan 4 Ha. lahan komplek pondok, dengan status tanah milik sendiri wakaf dan sewa. Pada saat ini pondok dihuni lebih dari 1500 santri.

Dari masa ke masa  Pondok pesantren ini selalu mengupayakan pembangunan fisik (gedung) sebagai penyediaan fasilitas bagi warga masyarakat Pondok, kini Pondok pesantren ini memiliki sarana prasarana diantaranya : kantor yayasan 1 lokal, kantor pondok 2 lokal, musholla 2 lokal, komplek 10 lokal, asrama 105 ruang, perpustakaan 4 lokal, klinik 1 lokal, kamar mandi 50 ruang, kantin 5 lokal, kopontren 2 lokal, aula 1 lokal dan beberapa gedung pendidikan mulai dari Taman Kanak-kanak samapai Perguruan Tinggi.  

c.       Urutan Pengasuh

Sejak awal berdirinya hingga saat ini pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah telah mengalami lima periodesasi kepengasuhan, yaitu :

1.      KH. Musthofa (1898-1950)

2.      KH. Abdul Karim (1950-1957)

3.      KH. Adelan Abdul Qodir (1957-1976)

4.      KH. Moh. Baqir Adelan (1976-2006)

5.      KH. Moh. Nasrullah Baqir (2006-sekarang)

d.      Visi, Misi, Tujuan dan Usaha Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah

Visi            : Terbentuknya insan kamil,

Misi           : menjadi pusat layanan umat untuk menyelesaikan perma-

  salahan,

Tujuan       : 1. Membentuk manusia muslim yang berbudi luhur dan

      mempunyai pengetahuan luas,

2.    Meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran,

3.    Meningkatkan kesejahteraan rakyat.

                 Usaha        : 1. Menyelenggarakan pendidikan jalur sekolah dan jalur luarsekolah,

2.    Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sosial.

e.       Struktur Kelembagaan

Kepemimpinan pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji bertumpu pada pengasuh yang keberadaannya menguasai seluruh struktur dan aktifitas pondok pesantren, oleh sebab itu proses pertanggungjawaban diarahkan langsung pada dewan pengasuh. Walaupun demikian tidak terkesan sebagai pola kepemimpinan otoriter, karena dalam prakteknya menggunakan sistem kerja kemaslahatan dan bernilai positif. Hubungan kepemimpinan memakai tiga model :

1.      Hubungan instruksional, yaitu suatu hubungan dimana atasan memberikan instruksi kepada bawahannya dalam rangka penyelesaian program dengan prinsip maslahah,

2.      Hubungan konsultatif, yaitu proses hubungan arus bawah ke atas dalam kerangka mengkomunikasikan ide di wilayah kerjanya,

3.      Hubungan fungsional, yaitu proses komunikasi lintas sektoral dan program di lingkungan pondok. 

Adapun lembaga-lembaga yang ada di pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah adalah sebagai berikut :

1.      Lembaga Pendidikan Sekolah

2.      Lembaga Madrasah Diniyah

3.      Lembaga Kepondokan

4.      Lembaga Koperasi

5.      Lembaga Pelayanan Sosial

6.      Lembaga Keterampilan

7.      Lembaga Tilawatil Qur’an

8.      Lembaga Perpustakaan

9.      Lembaga Komputerisasi

f.       Lembaga Permusyawaratan

Dalam rangka mencari masukan dari problem yang mungkin timbul dalam penyelenggaraan program pondok pesantren dan untuk mengembalikan kebijaksanaan, maka dalam setiap akhir bulan Yayasan Pondok Pesantren menyelenggarakan rapat umum yang mencakup seluruh aspek dan perangkat pondok.

Rapat demikian ini dilaksanakan untuk mengevaluasi program pengajaran dan pendidikan yang telah dilaksanakannya.

Disamping itu kita kenal jenis-jenis permusyawaratan  di pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji sebagai berikut :

1.      Rapat istimewah, yaitu dilaksanakan secara khusus dan dihadiri oleh dewan pengasuh, ketua dan kepala lembaga, bendahara dan sekretaris, membicarakan hal yang sensitif yang perlu penanganan secara khusus,

2.      Rapat harian atau rapat rutinan yang dihadiri oleh dewan pengasuh, kepala lembaga dan perangkatnya dan kepala bagian. Materi rapatnya berkisar pada pengadaan kelengkapan pondok pesantren, kunjungan insidental dan kemasyarakatan serta hal-hal lain yang kadarnya tidak sensitif.

g.       Perkembangan Pendidikan

Dewasa ini pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah telah banyak mengalami perkembangan dan perubahan dalam berbagai macam bidang. Perkembangan itu mengambil bentuk pelestarian misinya yang utama yaitu sebagai tempat menggembleng kader-kader ulama yang dapat menunaikan tugas melakukan pembinaan kehidupan keagamaan di daerahnya masing-masing. Bentuk-bentuk perkembangan itu-dengan menggunakan sistem dan metode pendidikan, non klasikal (formal) dan klasikal (formal) dan integrasi cara lama dengan cara baru- sebagai berikut :

1.      Pendidikan non formal :

a.       Diniyah Ulya

b.      Diniyah Wustho

c.       Diniyah Ula

d.      TPQ (Taman Pendidikan Alqur’an)

e.       LB2T (Lembaga Bimbingan Belajar Santri Tuna Rungu)

2.      Pendidikan formal :

a.       STAIDRA (Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Drajat)

b.      MA (Madrasah Aliyah)

c.       MTs. (Madrasah Tsanawiyah)

d.      MI (Madrasah Ibtida’iyah)

e.       TK (Taman Kanak-kanak)

f.       PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)

Dari lembaga pendidikan tersebut di atas mempunyai otonomi dan tanggungjawab pengelolaan secara tersendiri dan dalam mekanisme pertanggungjawaban disampaikan langsung kepada dewan pengasuh.

Pendidikan keterampilan yang sudah dilaksanakan oleh Pondok Pesantren diantaranya adalah menjahit, bordir, elektro, pembuatan kerupuk, pembuatan tempe, dll

h.      Lembaga Sosial

Dalam berdampingan dengan masyarakat Desa Kranji dan sekitarnya pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah menciptakan Lembaga Sosial demi terciptanya hubungan yang harmonis dan sebagai media penyelenggaraan dan keberlanjutan program-program yang dikembangkan oleh pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah seperti penyediaan sarana penangkapan ikan, penampungan hewan kurban, pemberian penyuluhan ibadah haji dan arisan juragan perahu nelayan.

1 Comments

Leave Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *